Senin, 01 Juni 2009

1. Pergerakan Nasionalisme di Cina

Cina merupakan negara yang memiliki sejarah cukup tua. Negara ini diperintah oleh berbagai dinasti. Kepala pemerintahannya disebut kaisar. Salah satu dinasti asing yang pernah menguasai Cina adalah dinasti Manchu (dinasti Ching) 1644 – 1912 yang berasal dari Manchuria.

Nasionalisme Cina tersulut setelah rakyat kecewa terhadap penguasa Manchu yang dinilai bukan dinasti keturunan Cina. Kebencian itu semakin memuncak setelah bangsa Inggris mengungguli pasukan kaisar dalam Perang Candu tahun 1842. Kaisar dinilai lemah dan bertanggung jawab atas penderitaan rakyat Cina akibat penjajahan bangsa Eropa, AS dan Jepang. Akhirnya revolusi pun pecah. Kaisar Manchu tahun 1911 digulingkan oleh rakyatnya sendiri dan Cina menjadi republik. Namun republik ini rapuh karena panglima perangnya saling bertikai.

Dr. Sun Yat Sen merupakan tokoh nasionalis Cina ternama. Ia mencita-citakan Cina baru yang didasarkan San Min Chu I (Tiga Sendi Kedaulatan Rakyat) yaitu nasionalisme, demokrasi dan sosialisme.
Revolusi nasional di bawah pengaruhnya meletu di Wuchang 11 Oktober 1911. Mulanya revolusi ini berperan di Cina Selatan, sementara Cina Utara masih dikuasai orang Manchu (kaisar Pu Yi) dan para Warlord (panglima perang).
Demi membentuk Cina bersatu (utara dan selatan) ia rela menjadi presiden jendral Yuan Shih Kai 1911-1916 (salah satu Warlord yang berpengaruh). Sementara Dr. Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Kanton dan mendirikan KuoMinTang (Partai Nasionalis).

Antara 1916-1922 di Cina terjadi kekacauan dan akhirnya dapat dipadamkan dan Dr. Sun Yat Sen menjadi preesiden sampai akhir hayatnya 1924.

Pengganti Dr. Sun Yat Sen adalah Chuang Kai Shek.

Selanjutnya silahkan Anda simak uraian materi berikutnya.

Chiang berhasil mengalahkan panglima perang. Keberhasilan Chiang ditopang oleh cara agen komunis yang mempengaruhi rakyat(petani di Utara) untuk menentang para panglima perang. Tetapi Chiang khawatir kaum komunis akan berbalik menentangnya. Kemudian, dia memerintahkan pembantaian para pendukung kaum komunis.

Salah seorang komunis yang bernama Mao Zedong selamat dari pembantaian itu. Kemudian dia memimpin perlawanan dengan membentuk pemerintahan yang berkiblat kepada Soviet. Akhirnya pasukan Mao berjaya. Tahun 1949, Mao mendirikan Republik Rakyat Cina (RRC). Sementara Chiang Kai Shek yang di dukung Amerika Serikat namun tidak di dukung oleh rakyat (petani) beserta pendukungnya meninggalkan Cina daratan maupun lautan melanjutkan pemerintahan menurut garis politik kuo Min Tang.

2. Pergerakan Nasionalisme di India

Pergerakan nasionalisme India pada mulanya bersifat gerakan sosial dan pendidikan. Gerakan politik baru kelihatan setelah berdiri Indian National Congress (Partai Kongres). Anggotanya terdiri atas golongan intelektual Hindu dan Muslim. Organisasi ini merupakan cetusan kebangsaan rakyat India.

Mohandas Karamchand Gandhi (lahir di Porbandar, Gujarat, India, 2 Oktober 1869 – wafat di New Delhi, India, 30 Januari 1948 pada umur 78 tahun) (aksara Devanagari: मोहनदास करमचन्द गांधी) juga dipanggil Mahatma Gandhi (bahasa Sansekerta: "jiwa agung") adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India.

Pada masa kehidupan Gandhi, banyak negara yang merupakan koloni Britania Raya. Penduduk di koloni-koloni tersebut mendambakan kemerdekaan agar dapat memerintah negaranya sendiri.

Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai.

Biografi

Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di negara bagian Gujarat di India. Beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Saat remaja, Gandhi pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi pengacara, dia pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana dia mengalami diskriminasi ras yang dinamakan apartheid. Dia kemudian memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik agar dapat mengubah hukum-hukum yang diskriminatif tersebut. Gandhi pun membentuk sebuah gerakan non-kekerasan.

Ketika kembali ke India, dia membantu dalam proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris; hal ini memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar berjuang mendapatkan kemerdekaannya dan memecah Kemaharajaan Britania untuk kemudian membentuk Persemakmuran.

Rakyat dari agama dan suku yang berbeda yang hidup di India kala itu yakin bahwa India perlu dipecah menjadi beberapa negara agar kelompok yang berbeda dapat mempunyai negara mereka sendiri. Banyak yang ingin agar para pemeluk agama Hindu dan Islam mempunyai negara sendiri. Gandhi adalah seorang Hindu namun dia menyukai pemikiran-pemikiran dari agama-agama lain termasuk Islam dan Kristen. Dia percaya bahwa manusia dari segala agama harus mempunyai hak yang sama dan hidup bersama secara damai di dalam satu negara.

Pada 1947, India menjadi merdeka dan pecah menjadi dua negara, India dan Pakistan. Hal ini tidak disetujui Gandhi.

Prinsip Gandhi, satyagraha, sering diterjemahkan sebagai "jalan yang benar" atau "jalan menuju kebenaran", telah menginspirasi berbagai generasi aktivis-aktivis demokrasi dan anti-rasisme seperti Martin Luther King, Jr. dan Nelson Mandela. Gandhi sering mengatakan kalau nilai-nilai ajarannya sangat sederhana, yang berdasarkan kepercayaan Hindu tradisional: kebenaran (satya), dan non-kekerasan (ahimsa).

Pada 30 Januari 1948, Gandhi dibunuh seorang lelaki Hindu yang marah kepada Gandhi karena ia terlalu memihak kepada Muslim.

Warisan ajaran Gandhi di Indonesia

Selain tokoh-tokoh perjuangan anti kekerasan, keadilan dan perdamaian di tingkat dunia, di Indonesia pun ajaran Gandhi menemukan lahan yang subur. Ibu Gedong Bagoes Oka, misalnya, menemukan inspirasi perjuangannya di dalam ajaran Gandhi. Ia mendirikan Ashram Gandhi di Candi Dasa, Bali sebagai pusat pendidikan dan pengamalan ajaran-ajaran Gandhi tersebut.

Kutipan

  • "Mereka yang berjiwa lemah tak akan mampu memberi seuntai maaf tulus. Pemaaf sejati hanya melekat bagi mereka yang berjiwa tangguh."

Lain-lain

Gandhi tidak pernah menerima Penghargaan Perdamaian Nobel, meski dia dinominasikan lima kali antara 1937 dan 1948. Beberapa dekade kemudian, hal ini disesali secara umum oleh pihak Komite Nobel. Ketika Dalai Lama dianugerahi Penghargaan Nobel pada 1989, ketua umum Komite mengatakan bahwa ini merupakan "sebuah bentuk mengenang Mahatma Gandhi".

Museum elektronik Nobel mempunyai artikel mengenai hal tersebut. [1]

Sepanjang hidupnya, aktivitas Gandhi telah menarik berbagai komentar dan opini. Misalnya, sebagai penduduk Kerajaan Britania, Winston Churchill pernah berkata "Menyedihkan...melihat Mr. Gandhi, seorang pengacara Kuil Tengah yang menghasut, sekarang tampil sebagai seorang fakir yang tipenya umum di Timur, menaiki tangga Istana Viceregal dengan badan setengah-telanjang." Begitu juga dengan Albert Einstein yang berkomentar berikut mengenai Gandhi: "(Mungkin) para generasi berikut akan sulit mempercayai bahwa ada orang seperti ini yang pernah hidup di dunia ini."

Karya Mahatma Gandhi tidak terlupakan oleh generasi berikutnya. Cucunya, Arun Gandhi dan Rajmohan Gandhi dan bahkan anak cucunya, Tushar Gandhi, adalah aktivis-aktivis sosio-politik yang terlibat dalam mempromosikan non-kekerasan di seluruh dunia.

Anda pasti sudah mengenal gerakan-gerakan yang diperjuangkan Mahatma Gandhi dalam memperjuangkan kemerdekaan India. Untuk lebih mengenalnya simaklah macam-macam gerakan tersebut yang meliputi Ahimsa, Satyagraha, Hartal, dan Swadesi.

Ahimsa, adalah gerakan anti kekerasan yang melarang pembunuhan.

Satyagraha, adalah gerakan untuk tidak bekerjasama dengan kaum penjajah (Inggris).

Hartal, adalah pemogokan – yakni perlawanan melalui gerakan tidak berbuat apa-apa, meskipun mereka datang ke tempat kerja.

Swadesi, adalah gerakan untuk mempergunakan produksi sendiri, tidak menggantungkan kepada produk bangsa lain.

3. Pergerakan Nasionalisme di Turki

Turki pernah menjadi negara adidaya. Pada jamannya dimana wilayah kekuasaannya meliputi jazirah Belkan, Afrika Utara dan jazirah Arab.

Nasionalisme dan revolusi bangsa Turki terjadi setelah Perang Dunia I, dimana Turki berada dipihak yang kalah dan harus tunduk pada keputusan sekutu antara lain menyeragkan wilayah kekuasaannya.

Prancis, Inggris dan Italia mendapatkan wilayah Turki di Afrika dan Jazirah Arab. Sementara Yunani di Belkan memperoleh kemerdekaannya dari Turki.

Nasionalisme Turki semakin tumbuh setelah negara-negara sekutu berusaha terus melemahkan Turki dengan cara membantu gerakan nasionalis Yunani merebut wilayah Turki di bagian Barat Balkan tahun 1919. Dalam perang melawan agresi Barat tampil Mustapha Kemal Pasha (tokoh militer Turki) yang bersimpati pada gerakan Turki Muda. Gerakan ini dianggap sebagai realisasi dari nasionalisme Turki karena terbentuk atas dasar semangat kebangsaan yang berusaha mengusir kekuasaan Barat/ asing dan menentang rezim lama yang lemah (Sultan hamid II).

Gerakan tersebut berhasil mengusir sekutu dan memaksanya untuk duduk dimeja perundingan Perjanjian Laussane 1923 berisikan
- Turki tetap berdaulat, hanya kehilangan daerah pendudukannya di jazirah Arab.

Kemal Pasha berhasil mempengaruhi Majelis nasional (semacam Parlemen)untuk membuktikan memberhentikan Sultan serta mendirikan negara Republik Turki. Ia menjadi presiden pertama pada 29 Oktober 1923 dan memindahkan ibukota dari Istambul (wilayah Eropa) ke Arkara (di Asia).

Pria yang menjadi presiden pertama Turki ini lahir dengan nama Mustafa pada 12 Maret 1881 di Tesalonika (kini menjadi bagian Yunani). Ayahnya Ali Riza, seorang mantan pegawai rendahan di kantor pemerintah, meninggal akibat TBC. Ibunya Zubeyde Hanim, adalah Muslimah taat yang buta huruf.

Zubeyde memfokuskan hidupnya untuk mengurus Mustafa. Karena taat Islam, ia berharap Mustafa menjadi ulama faqih.

Namun jauh panggang dari api. Mustafa memilih berkarier di militer sebelum akhirnya berhasil menggulingkan pemerintahan dan menjadi doktator baru di Turki.

Tidak lama setelah berkuasa, ia menyatakan bahwa akan menghancurkan Islam dalam kehidupan Turki. Menurutnya hanya dengan mengeliminasi segala hal berbau Islam, Turki bisa 'maju' menjadi bangsa modern yang dihormati.

Pada 3 Maret 1924, ia mengajukan UU yang menghapuskan khalifah selamanya dan mendirikan negara Turki sekuler. Dengan membungkam dan mengancam para penetangnya, ia berhasil menggolkan UU tersebut, dan khalifah sekeluarga diasingkan ke Swiss.

Setelah menjadi diktator absolut, rakyat Turki terpaksa menerima reformasi anti-Islam. Mereka dilarang berkopiah Turki dan berjilbab, wajib berbusana Eropa, memakai aksara Latin, kalender Masehi, dan hari Minggu sebagai hari libur. Ribuan ulama dan pengikutnya rela berkorban jiwa daripada menerima kehancuran segala hal yang disucikan.

Mustafa Kemal menetapkan agar tiap warga Turki mencantumkan nama keluarganya seperti masyarakat Eropa dan Amerika. Ia juga memilih menggunakan nama "Attaturk" atau Bapak Bangsa Turki.

Pada 1938, kesehatannya memburuk. Pada 10 November 1938, Mustafa Kemal akhirnya meninggal karena penyakit radang hati yang disebabkan oleh alkohol yang selalu menemani hidupnya.

4. Pergerakan Nasionalisme di Mesir

Mesir dikuasai oleh Turki Osmani tahun 1517 di masa pemerintahan Sultan Salim I. Tahun 1769 Mesir berhasil lepas dari Turki Osmani selama beberapa periode.
Di bulan Juni 1797, Perancis masuk ke Mesir pertama kali melalui Alexandria yang dipimpin oleh Napoleon. Setelah bentrok berkali-kali antara orang-orang Osmani dengan Perancis, akhirnya Perancis bisa diusir berkat persekutuan antara Osmani, Inggris dan Mamalik. Dan Mesir kembali jatuh ke tangan Turki Osmani pada bulan Oktober 1801.

Babak berikutnya terjadi perebutan kekuasaan antara Turki Osmani dengan Mamalik serta beberapa golongan yang ada di Mesir. Akhirnya kekuasaan di Mesir berhasil dipegang oleh Muhammad Ali Pasha di bulan Juli 1805.

Untuk membantu Mamalik yang tersingkir dari kekuasaannya di Mesir, Inggris melakukan agresi militer serta menaklukkan Alexandria pada bulan Maret 1807. Tapi berkat kelihaian Muhammad Ali Pasha dalam diplomasi, akhirnya di tahun yang sama dia berhasil mencapai kesepakatan untuk memaksa Inggris keluar dari Alexandria pada bulan Agustus 1807.

Di masa Muhammad Ali Pasha -yang dianggap pendiri Mesir modern- inilah kekuasaan Mesir meluas sampai ke Sudan, Syria, bahkan para tentaranya turut berperang bersama Turki di kapulauan Yunani, Asia Kecil, hingga Eropa Timur. Malangnya Muhammad Ali Pasha kemudian diasingkan oleh Sultan Osmani atas tekanan Inggris pada tahun 1840.

Sesudah Muhammad Ali Pasya, Mesir diperintah oleh Abbas I (1848-1854) dan Said Pasha (1854-1863). Namun di masa mereka Mesir mengalami kemerosotan, sampai muncul seorang pemimpin besar yang bernama Khedive Ismail (1863-1879) yang memeperbaiki kembali kehidupan sosial politik di Mesir.

Sementara itu, Terusan Suez mulai direncanakan oleh Ferdinand de Lesseps ketika masa Sultan Said Pasha tahun 1857, dan baru mulai digali pada 25 April 1859. Terusan ini dibuka pertama kali tanggal 17 November 1869, kala Khedive Ismail masih memimpin. Berhubung Mesir banyak mengalami kemerosotan ekonomi dengan pembukaan Terusan Suez, ditambah pula campur tangan asing yang berlebihan, akhirnya Sultan Ottoman menurunkan Khedive Ismail dari jabatannya tahun 1879, lalu digantikan oleh anaknya, Taufiq. Sewaktu pemerintahan Taufiq (yang dekat dengan Inggris) inilah terjadi beberapa peristiwa politik penting, diantaranya revolusi yang dipimpin oleh Ahmad Orabi. Menghadapi saat-saat genting seperti itu, Inggris kembali melakukan agresi militer ke Mesir. Setelah pertempuran beberapa kali di kawasan Delta, mereka terus bergerak dan berhasil menguasai Cairo pata 14 Desember 1882.

Pada sisi lain adanya Terusan Suez justru menimbulkan keprihatinan sekaligus ancaman bagi bangsa Mesir. Hal ini dapat ditunjukkan oleh keinginan Inggris untuk menguasai Terusan Suez. Inggris menginginkan wilayah tersebut karena letaknya yang strategis sebagai wilayah transit perdagangan minyak bumi dan memperpendek jarak dari Inggris ke jajahannya di Asia.

Inggris menempuh strategi memberikan pinjaman bagi modernisasi Mesir. Strategi ini berhasil. Pemerintah Mesir tidak mampu membayar bunga pinjaman. Akhirnya sudah dapat diduga, tidak hanya Terusan Suez yang jatuh ke tangan Inggris, melainkan juga Mesir dikuasainya. Kemudian sejak akhir abad ke- 19, Mesir menjadi jajahan Inggris.

Dengan keadaan demikian, memunculkan rasa nasionalisme bagi rakyat Mesir. Pada tahun 1882, di bawah pimpinan Arabia Pasya, Mesir memberontak terhadap Inggris. Setelah PD-I, Mesir menuntut kemerdekaan kepada Inggris. Akhirnya tahun 1922, Mesir menjadi kerajaan di bawah persemakmuran Inggris. Tahun 1936 Mesir menjadi negara yang merdeka penuh. Selanjutnya Terusan Suez dikuasai Mesir kembali pada tahun 1956 setelah di nasionalisasi oleh Gamal Abdul Nasser.

-

Latar belakang timbulnya rasa nasionalisme di kalangan bangsa Asia dan Afrika adalah disebabkan oleh tekanan yang berlebihan dari penjajahan bangsa asing terhadap bangsa Asia dan Afrika.

-

Nasionalisme Cina muncul setelah rakyat kecewa terhadap penguasa Manchu yang dinilai bukan dinasti keturunan Cina.

-

Nasionalisme India muncul pada awalnya bersifat gerakan sosial dan pendidikan, kemudian politik dalam melawan penjajah Inggris.

-

Nasionalisme Turki kalahnya Turki pada perang Dunia I sehingga ilayahnya diambil sekutu.

-

Nasionalisme Mesir disulut oleh keinginan bangsa Inggris untuk menguasai Terusan Suez.


Inggris baru melepaskan Mesir dan Turki Osmani pada tahun 1914, karena Mesir membantu Turki dalam perang Dunia I yang m,elawan Sekutu (termasuk diantaranya Inggris).

REVOLUSI 1919
Seusai Perang Dunia I pada November 1918, di Mesir muncul pemimpin yang bernama Saad Zaghlul. Ia berusaha dan berjuang menuntut kemerdekaan Mesir dari Inggris. Lalu Inggris menangkap Saad Zaghlul serta mengasingkannya, sehingga membangkitkan kemarahan rakyat Mesir. Maka pada 9 MAret 1919 terjadilah revolusi besar menentang Inggris di Cairo dan seluruh penjuru Mesir yang mennyebabkan Inggris terpaksa merubah kebijakan politiknya terhadap Mesir serta memebebaskan Saad Zaghlul. Pahlawan besar ini akhirnya wafat pada 23 Agustus 1927.
Disela-sela lintasan sejarah itu, Mesir sempat masuk organisasi Liga Bangsa-Bangsa (cikal bakal PBB) pada bulan Mei 1937, dan sekaligus menjadi salah satu negara pemrakarsa berdirinya PBB.

REVOLUSI JULI 1952
Penjajahan Inggris dan campur tangan asing yang merajalela serta rentetan perang Palestina 1948, ditambah lagi sistem kerajaan yang menindas rakyat dan tidak adanya demokrasi yang mengakibatkan merosotnya ekonomi serta rusaknya kehidupan sosial, seluruh faktor tersebut memaksa rakyat Mesir meneriakkan satu kata; "revolusi".

Kondisi ini mendorong sebagian perwira -yang menamakan diri Dhubbath Al-Ahrar (Dewan Jendral) dibawah pimpinan Gamal Abdel Naser- untuk merubah dan memperbaiki situasi di Mesir.
Tanggal 23 Juli 1952 pasukan Dhubbath Al-Ahrar bergerak menguasai pusat-pusat pemerintahan dan sarana-sarana vital lainnya, serta mengepung istana Abdeen. Lalu mereka mengeluarkan siaran di radio yang mengumumkan pengambilalihan kekuasaan di Mesir. Ketika itu Mesir masih diperintah oleh Raja Farouk yang naik tahta sejak 1936. Oleh Dhubbath Al-Ahrar, Raja Farouk dipaksa menyerahkan jabatan kepada anaknya, Fouad II. Berhubung Fouad II belum cukup dewasa, maka kekuasaan dipegang junta (dewan pemerintahan) yang dibentuk oleh Dubbath Al-Ahrar. Tapi mereka melihat bahwa sistem kerajaan tidak cocok lagi dengan kehidupan rakyat Mesir. Akhirnya mereka mengumumkan berdirinya sistem negara Republik pada 18 Juni 1953, dan Jenderal Muhammad Naguib terpilih sebagai presiden pertama sampai tahun 1954.

Karena diilhami oleh revolusi ini, Sudan, yang sebelumnya masuk wilayah otoritas Mesir, menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1956. Uniknya, Mesir lah yang pertama kali mengakui kemerdekaan Sudan. Selanjutnya, Sudan diterima sebagai anggota Liga Arab.
Kembali kepada penjajahan Inggris, setelah melewati perjuangan nan panjang, akhirnya tentara Inggris berhasil dipaksa keluar dari Mesir. Penarikan terakhir tentara Inggris keluar dari Mesir dilakukan pada tanggal 18 Juni 1956. Dan hari 18 Juni ini termasuk hari besar yang diperingati tiap tahun sebagai 'Iedul Galaa (Evacuation Day).

PERSEKONGKOLAN TERHADAP MESIR
Israel (dibantu oleh Inggris dan Perancis) menyerang Mesir pada tahun 1956. Salah satu sebab langsungnya adalah nasionalisasi Terusan Suez sejak 26 Juli 1956 yang sahamnya banyak dimiliki oleh Inggris maupun Perancis. Namun, dengan menerapkan perang habis-habisan, persekongkolan yang dikenal sebagai al-'Udwan al-Tsulatsi (Tripartote Agression) ini berhasil dilumpuhkan. Lalu Inggris dan Perancis mengudnrukan diri dari koa-kota sepanjang Terusan Suez.

PERANG 1967
Tentara Israel yang bergerak keperbatasan Syiria membuat Mesir gusar dan mengirim tentaranya ke Sinai serta menutup Teluk 'Aqabah yang membawa kerugian besar terhadap Israel. Maka pada 5 Juni 1967 Israel mendadak menyerang Mesir habis-habisan lewat udara, darat dan laut, sehingga mereka berhasil menduduki tepi timur Terusan Suez. Sedangkan di front Suriah, Israel berhasil menguasai dataran Tinggi Golan, bahkan PAlestina dan sebagian Jordan. Hal ini membuat seluruh negara Arab berdiri di belakang Mesir dan bahu-membahu menyerang tantara Israel yang berada di kota-kota Terusan Suez. Dalam saat-saat genting in ipemimpin Gamal Abdel Naser meninggal dunia taun 1970, setelah sebelumnya menggantikan posisi Jenderal Muhammad Baguib sebagai presiden (tanggal 23 Juni 1954).
Tentara Mesir yang dipimpin oleh presiden baru, Anwar Sadat, berhasl menyeberangi Terusan Suez dan menghancurkan kekuatan Israel pada 10 Ramadlan, tanggal 6 Oktober 1973 -pemandangan perang ini dapat anda saksikan secara 'live' di gedung Panorama Oktober, Jl. Salah Salim, Cairo. Rakyat Mesir mengenagnya sebagai peristiwa Ubour. Setelah kemenangan Oktober ini, Israel menyadari kekuatan Mesir, sehingga mereka mau berdamai dan menyerahkan kembali seluruh kawasan Sinai yang direbut ke pangkuan Mesir.

Di kemudian hari, presiden Anwar Sadat mengunjungi Israel pada bulan November 1977 yang dianggap penghianatan oleh bangsa Arab lain. Atas prakarsa Jimmy Carter, presiden AS ketika itu, Anwar sadat dan Menahem Begin menandatangani suatu perjanjian perdamaian di Camp David pada bulan September 1978 yang lantas dikenal dengan Perjanjian Camp David. Hal ini mengakibatkan Mesir dikeluarkan dari Liga Arab (dan markasnya dipindahkan dari Cairo ke Tunis). Tapi akhirnya Liga Arab kembali memasukkan Mesir sebagai anggota (bulan Juli 1990), dan markasnya kembali ke Cairo.
Pada peringatan hari kemenangan 6 Oktober, presiden Anwar Sadat ditembak dalam sebuah parade militer yang diadakan di daerah Nasr City, tahun 1981. Lalu Mohamed Husni Mubarak sebagai wakil presiden menggantikan posisi Anwar Sadat. sejak saat itu diumumkan undang-undang darurat militer yang diberlakukan sampai saat ini.

Pada tanggal 25 April 1982 Israel keluar dari seluruh Jazirah Sinai, berikutnya daerah Thaba pada tahun 1989.

Asal Nama Mesir
Seluruh bangsa Semit yang mengitari Mesir menyebut negeri ini dengan nama Misr, begitu pula dengan bangsa Asyiria. Sedangkan bangsa Aram menyebutnya Misrayin, dan bangsa Ibrani menyebut negeri ini dengan nama Misrayem.
Misr dalam bahasa Semit berarti batas. Bangsa-bangsa Semit yang terdiri dari bangsa-bangsa Asyiria, Aram, Ibrani, dan Arab menyebut daerah yang berada di perbatasan mereka sebagai Misr, dan menyebut orang-orangnya Misriyiin (orang-orang Mesir). Sebagaimana kata Finish dalam bahasa Latin yang berarti juga batas.

Sedangkan orang-orang Qibti menyebut negeri ini di zaman dahulu dengan istilah Kemy, yang berarti hitam atau tanah yang hitam.
Adapun orang-orang Asyiria dalam peninggalan-peninggalan prasasti Venekia menyebut negeri ini sebagai Hecobtah -yang diambil dari sebutan orang-orang Mesir sendiri buat ibukota kerajaan mereka dulu, yaitu Menaf (Memphis) -yang berarti "Bait (persemayaman) Roh Bietah". Bietah adalah Tuhan Mesir yang menangani serta melindungi perindustrian di masa dahulu.

Sementara orang-orang Yunani menyebut Mesir dengan nama Egyptus yang mereka dengar dan ambil dari orang-orang sebelumnya sejak masa dahulu. Dan nama Egyptus ini disebut berulang kali dalam syair-syair pujangga besar Yunani, Homerus.
Adapun kata Qibty berasal dari dibuangnya tanda rafa' dari Egyptus yaitu huruf "u-s (waw dan sin)" dan huruf pertama "E (alif): yang dianggap bangsa Arab sebagai huruf istihlak

5. Restorasi Meiji atau modernisasi Jepang dibawah kaisar Meiji
 
 
Sebelum 1853 Jepang betul-betul merupakan negara yang sangat tertutup dan 
diperintah dengan cara yang sangat feodalistik. Dorongan modernisasi Jepang 
berawal dari  hadirnya angkatan laut Amerika dibawah  pimpinan Laksamana Perry. 
Laksamana Perry minta pintu gerbang Jepang dibuka dan minta berunding dengan 
tujuan agar Jepang membuka diri kepada pihak asing, berdagang dan membolehkan 
kapal asing merapat di pelabuhan Jepang 
 
 
Mulai saat Itulah bangsa  Jepang terbuka matanya bahwa ada kekuatan-kekuatan 
besar diluar mereka. Semangat Bushido para samurai dengan pedang-pedangnya  
ditantang untuk mampu melawan kekuatan Amerika, orang kulit putih, orang Barat 
(sekalipun orang Amerika itu datangnya dari Timur). Sejak saat itu mereka 
berpikir untuk menjadi sekurang-kurangnya sama kuatnya dengan orang asing. 
 
Dimulailah proses reformasi dengan pendidikan sebagai mata tombak. Pendidikan 
menjadi hak dan kewajiban semua warga. Tetapi reformasi itu yang disebut 
restorasi, sejak itu restorasi Jepang itu disebut dengan Restorasi Meiji. 
Restorasi Jepang itu berjalan sangat cepat dan efisien tahun 1853. Menjelang 
akhir abad ke 19 Jepang sudah berhasil menjadi kekuatan militer dengan angkatan 
laut yang sangat tangguh sehingga dapat mengalahkan secara mutlak armada 
raksasa Rusia di Selat Tsushima, menyapu bersih kepulauan Sachalin, mengambil 
Korea dan Semenanjung Liau-Tung dari Rusia, serta Port Arthur dan Dairen 
(Wells, 1951). 
 
 
Pengaruh mendasar lainnya dari kehadiran bangsa Amerika  di Jepang  adalah 
perubahan Konstitusi Jepang yang  dibuat atas supervisi Jenderal MacAthur, dan 
konstitusi itu masih berlaku hingga kini. Di bawah asuhan Jenderal MacArhur, 
Jepang tumbuh kembali menjadi negara ekonomi yang sangat tangguh, sehingga 
menjadi super power dalam bidang ekonomi hingga kini. 
 
Yang menarik dari Restorasi Jepang adalah : 
 
Para aktor  yang sangat gigih memperjuangkan reformasi itu berjumlah tidak 
lebih dari 100 orang muda yang cerdas dan berdedikasi tinggi. 
 
Titik berat dari proses restorasi itu adalah di bidang pendidikan. Banyak 
sekali pemuda Jepang dikirimkan ke luar negeri dan Jepang banyak mengambil 
sistem Jerman dalam segala proses kehidupannya. 
 
Sewaktu menjalankan Restorasi, Jepang sudah memiliki administrasi pemerintahan 
yang sangat rapih warisan dari rezim Tokugawa. 
 
Pada dasarnya kepribadian Jepang sangat dipengaruhi oleh semangat Bushido yang 
sangat asketik, berdisiplin tinggi, dan menjunjung tinggi kode etik dan tata 
krama dalam kehidupan. Kesemuanya itu terus berlanjut sewaktu proses restorasi 
itu berjalan.