Kamis, 05 November 2009



Pada jaman dahulu kala di Pulau Jawa terutama di daerah Prambanan berdiri dua buah Kerajaan Hindu, yaitu Kerajaan Pengging dan Keraton Boko. Kerajaan Pengging adalah kerajaan subur dan makmur yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana bernama Prabu Damar Moyo dan mempunyai seorang putra yang bernama Bandung Bondowoso.
Sedangkan kerajaan Keraton Boko berada pada wilayah Kerajaan Pengging yang diperintah oleh seorang raja yang kejam dan angkara murka yang tidak berwujud manusia tetapi berwujud raksasa besar suka makan daging manusia, yang bernama Prabu Boko. Akan tetapi Prabu Boko mempunyai putri yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan yang bernama Putri Loro Jonggrang.
Dan Prabu Boko juga mempunyai patih yang berwujud raksasa bernama Patih Gupolo. Prabu Boko ingin memberontak dan ingin menguasai kerajaan Pengging, maka ia dan Patih Gupolo mengumpulkan bekal dengan cara melatih pemuda menjadi prajurit dan meminta harta benda rakyat untuk bekal.
Setelah persiapan sudah dirasa cukup, maka berangkatlah Prabu Boko dan prajurit menuju ke Kerajaan Pengging untuk memberontak. maka terjadilah perang di Kerajaan Pengging antara prajurit Pengging dan prajurit Keraton Boko.
Banyak berjatuhan korban di kedua belah pihak dan rakyat Pengging menjadi menderita karena perang, banyak rakyat kelaparan dan kemiskinan.
Mengetahui rakyatnya menderita dan sudah banyak korban prajurit meninggal, maka Prabu Damar Moyo mengutus anaknya Raden Bandung Bondowoso maju perang melawan Prabu Boko dan terjadilah perang sengit antara Raden Bandung Bondowoso melawan Prabu Boko. Karena kesaktian Raden Bandung Bondowoso, maka Prabu Boko dapat dibinasakan.
Melihat rajanya tewas, Patih Gupolo melarikan diri. Raden Bandung Bondowoso mengejar Patih Gupolo ke Keraton Boko.
Setelah sampai di Keraton Boko, Maha Patih Gupolo melaporkan pada putri Loro Jonggrang bahwa ayahndanya telah tewas di medan perang, dibinih kesatria Pengging yang bernama Raden Bandung Bondowoso. Maka menangislah Putri Loro Jonggrang, sedih ayahnya telah tewas di medan perang.
Sesampai Raden bandung Bondowoso di Keraton Boko, terkejutlah dia melihat Putri Loro Jonggrang yang cantik jelita. Dia ingin mempersunting putri Loro Jonggrang sebagai istrinya.
Akan tetapi Putri Loro Jonggrang tidak mau dipersunting, karena Raden Bandung Bondowoso telah membunuh ayahnya. Untuk menolak pinangan tersebut, Putri Loro Jonggrang mempunyai siasat yaitu bersedia dipersunting Raden Bandung Bondowoso asalkan mau mengabulkan dua permintaan Putri Loro Jonggrang. Pertama membuat sumur dan yang kedua dibuatkan 1000 candi dalam satu malam.
Raden Bandung Bondowoso menyanggupi, dan segeralah dia menbuat sumur Jala Tunda. Dan setelah selesai, ia memanggil Putri Loro Jonggrang untuk melihat sumur. Kemudian Putri Loro Jonggrang menyuruh Raden Bandung masuk ke dalam sumur. Sesampai di bawah, Putri memerintahkan Patih Gupolo menimbun sumur dengan batu. Putri Loro Jonggrang dan Patih Gupolo menganggap bahwa Raden Bandung sudah tewas di dalam sumur, ternyata Raden Bandung masih hidup. Dia bersemedi untuk keluar dari sumur, dan berhasil keluar dengan selamat.
Raden Bandung Bondowoso menemui Putri Loro Jonggrang dengan marah sekali karena telah menimbunnya di dalam sumur. Tetapi karena kecantikan Putri Loro Jonggrang, kemarahan Raden Bandung bisa ereda.
Kemudia Putri Loro Jonggrang menagih janji permintaan yang kedua utnuk membuatkan 1000 candi dalam semalam. Segeralah Raden Bandung memerintahkan para jin-jin untuk membuat candi. Akan tetapi di lain pihak, Putri Loro Jonggrang ingin menggagalkan usaha Raden Bandung membuat candi. Ia memerintahkan para gadis di sekitar Prambanan untuk menumbuk padi dan membakar jerami supaya kelihatan terang pertanda pagi sudah tiba, dan ayampun berkokok bergantian.
Mendengar ayam berkokok dan orang menumbuk padi serta di timur kelihatan terang, para jin berhenti membuat candi. Mereka melaporkan pada Raden Bandung Bondowoso bahwa jin tidak bisa meneruskan membuat candi yang kurang satu karena pagi sudah tiba.
Tetapi menurut firasat Raden Bandun, pagi belum tiba. Dipanggillah Putri Loro Jonggrang dan disuruh menghitung candi. Ternyata jumlahnya baru 999 candi, jadi yang belum jadi tinggal satu candi lagi. Sehingga Putri Loro Jonggrak tidak mau dipersunting oleh Raden Bandung.
Karena merasa ditipu dan dipermainkan, Raden Bandung murka dan mengutuk Putri Loro Jonggrang, “Hai Loro Jonggrang, candi kurang satu dan agar genap seribu, engkaulah orangnya”. Aneh bin ajaib, Putri Loro Jonggrang berubah wujud menjadi arca patung batu.
Sampai sekarang arca patung Loro Jonggrang masih ada di Candi Prambanan. Dan Raden Bandung Bondowoso mengutuk para gadis di sekitar Prambanan menjadi perawan kasep (perawan tua) karena telah membantu Putri Loro Jonggrang.
Dan menurut kepercayaan orang dahulu bahwa pacaran di Candi Prambanan akan putus cintanya.
(Sumber: Legenda rakyat)
google_protectAndRun("render_ads.js::google_render_ad", google_handleError, google_render_ad)
NASKAH DRAMA CERITA RARA JONGGRANG


Disebuah desa yang indah hiduplah seorang wanita bersama anaknya yang bernama Bandung Bondowoso. Mereka tinggal dengan damai, hingga pada suatu saat ketika mereka sedang asyik bercerita Bandung Bondowoso menanyakan suatu hal kepada ibunda tercintanya
Bandung : Bu, apa ibu tidak kesepian jika kita tinggal hanya berdua saja di perkampungan yang indah ini.
Ibu : Kesepian ngopo to le?Ibu wis seneng ana kowe nang kene. Kita sudah hidup berkecukupan, bahagia tanpa ada yang mengganggu, mau minta yang bagaimana lagi ibu ini.
Bandung : Ya mungkin saja ibu ingin mempunyai suami lagi di luar sana. Ibu masih cantik, pasti akan banyak orang yang mau menikah sama ibu.
Ibu : (dengan tersenyum) Kowe ki ngomong opo to.Ora..ora..Ibu tidak apa-apa hidup menjanda seperti ini. Yang penting ibu punya kamu(Katanya sambil membelai rambut putranya.
Bandung : Lho, saestu Bu. Ibu kan perlu pendamping hidup.
Ibu : Pendamping hidup? Sakjane lakyo kowe sing patut tak takoni koyo ngono kuwi anakku. Kowe iku wis gede, moso kowe arep dewean wae.
Bandung : (mesem)Ah, menawi kula, boten usah di pikir bu. Bu, saktemene kula ajeng tanglet kalih ibu, Nanging kula boten kepenak,Bu.
Ibu : Kowe arep takon opo?Kok nganggo ora kepenak barang. Aku iki ibumu opo udu. Arep takon opo to Le?
Bandung : Ngeten lho Bu, saktemene Rama kula menika sinten? Ngantos sakniki kok kula taksih bingung.
Ibu bingung mau menjawab apa, matanya dialihkan jauh ke sawah-sawah di depan rumahnya.
Bandung : Bo,kok mendel mawon? Wonten penggalih menopo to bu?
Ibu : Anakku Bandung (katanya sambil mendekatkan duduknya). Sajake iki wetu sing pantes. Kowe saiki wis gede, ora wedi cerita karo kowe. Ibu reti,kowe mesti iso ngerteni iki.
Bandung :Ana apa,Bu?
Ibu : Bapakmu kuwi sakjane bangsawan ong tlatah adoh kono.
Bandung : Jadi bapakku masih hidup ibu?
Ibu : Yen kowe pancen pengen nemoni Ramamu, yo ora opo-opo. Golekana Ramamu kuwi,nanging ibu mung iso pesen. Dengarkanlah pesan-pesan ibu ini.
Bandung : Iya, Bu.
Ibu : Ibu mung iso dongakake apa sing kowe karepake bakal tok temu. Kalau kau sudah menemuka Ramamu, segeralah mencium telapak kakinya sebagai tanda penghormatan. Di dunia luar sana, pasti akan banyak orang-orang asing yang akan kamu temui, dan mereka pasti punya kehendak masing-masing. Kau ini seorang ksatria, berbuatlah layaknya seorang ksatria. Hadapi semua masalah yang menghadang dengan kepala dingin. Ojo seneng adu otot, iku ora apik anakku. Ojo waton tumindak ing kono, ora liyo kanggo njaga keslametanmu dhewe.
Bandung : Inggih,Bu.
Ibu : Lan siji meneh amanatku (kemudian masuk ke dalam rumah dan mengambil sebuah selendang bewarna merah).Perlihatkanlah benda ini pada Ramamu agar dia percaya bahwa kau anaknya.
Bandung : Terima kasih, Ibu. Bu, nanging kepripun ibu menawi kula mengembara. Menapa ibu aman gesang piyambakan ing bumi ingkang boten temtu niki (sambil menengadahkan tangannya tanda menyamakan keluasan bumi ini).
Ibu : Ibu ora bakal keno opo-opo. Ibu mung iso nyangoni slamet yo anakku sing tak tresnani.
Kemudian Bandung pergi berkelana. Dia berjalan melewati lembah, hutan, sungai dan bentang alam lainnya. Dalam perjalanan itu, dia berhasil menakhukkan makhluk-makhluk ghaib dan sekarang menjadi budak-budaknya.
Setelah lama berkelana, dia sampai di kerajaan pengging dan menjadi raja di sana. Karena ingin memperluas daerah kekuasaan bandung Bondowoso ingin mempersatukan kerajaan Pengging dengan Kerajaan Prambanan.
Kerajaan Prambanan dipimpin seorang raksasa yang bernama Prabu Boko. Mendengar Kerajaannya ingin direbut oleh penguasa lain, Prabu Boko tidak tinggal diam. Dia menyiapkan bala tentara dan bekal makanan untuk melawan kerajaan Pengging.
Prabu Boko : Hei Bandung Bondowoso!Jika kau ingin menguasai Prambanan, tidak semudah itu kau mendapatkannya. Kerajaan Prambanan adalah kerajaan yang besar. Dan aku tidak sudi kau memporak-porandakan rakyatku yang sudah tentram dan damai!
Bandung : Hahaha…Ya. Kerajaan Prambanan adalah kerajaan yang besar dan sebentar lagi akulah yang akan menguasainya. Hahahah..
Prabu Boko : Cuih(meludah)! Jika kau memang mampu, langkahilah dulu mayatku!
Bandung : Aku melangkahi mayatmu!Hahahaha…
Jangankan melangkahi mayatmu, menguras samudra pun aku bisa!
Prabu Boko : Dasar wong kumalungkung!
Ayo lawan aku!
Kemudian mereka berperang besar-besaran di Kerajaan Pengging. Tapi dipeperangan itu prabu Boko tertusuk oleh keris milik Bandung Bondowoso. Mengetahui Prabu Boko gugur di medan perang, Patih Gupala kembali ke Kerajaan Prambanan dan melaporkan kejadian itu kepada Roro Jongrang.
Patih Gupala : Nyuwun sewu Putri.
Jonggrang : Ana apa Patih. Kok njenengan wis bali saka peperangan, ana ngendi Ramaku?
Patih Gupala : (menundukkan kepala dan menyembah) Nyuwun sewu Roro. (berpikir-pikir)Prabu Boko…
Jonggrang : Rama!?Ana apa karo Rama? Opo panjenengan duwe kabar sing ora ke penak Patih?
Patih Gupala : Inggih Roro.
Jonggrang : Ana ngendi Ramaku? (bingung dan hampir menangis). Cerita karo aku Patih..pundi ramaku?
Patih Gupala : Prabu Boko gugur ing peperangan menika, Roro.
Jonggrang : HA? Apa bener ngendikanmu kuwi. Opo panjenengan boten Goroh Patih?
Prabu Gupala : Saestu Rara. Kula ingkang ngertosi piyambak, Bandung Bondowoso nusukkaken kerisipun.
Jonggrang : Rama…(menangis)
Wektu nangis iku Bandung Bondowoso teka ing ngarepe Rara Jonggrang. Bandung banjur mikir-mikir, sapa Ratu ayu ing ngarepe iku? Apa selire Prabu Baka sing dak pateni mau?
Bandung : (berjalan mendekati Roro). Kena apa kowe duka cah ayu?
Jonggrang : Sapa kowe wani teka ing kerajaan iki?
Bandung : Hahaha…Sopo aku? Opo kowe ora ngenali aku, raja ing Kerajaan Pengging, lan saiki sing duweni kerajaan sing gede iki ( dengan menelentangkan tangannya dengan sombong, kemudian menurunkannya lagi dan berjalan memutari Jonggrang).Aku Bandung Bondowoso sing duweni kerajaan iki. Hahaha..
Ayu tenan kowe
Apa kowe gelem dak dadekake bojoku!
Roro Jonggrang bingung are menehi jawaban apa. Bandung iku wong sing sekti.Ra mungkin aku wani nolak. Nanging atiku ora tresna. Kenal wae durung, kok njaluk aku dadi bojone. Penak tenan. Saya maneh, uwong iki sing gawe aku kelangan Rama tercintaku.
Bandung : Alah..terima sajalah..Aku tidak jelek-jelek amat. Aku ngganteng kok. Kena apa kowe ora gelem? Opo kowe isin karo aku?Hem?(karo nggoda)
Wah.Apa sing arep aku lakokake.Aku mumet.
Jonggrang banjur mikir-mikir.
Jonggrang : Ngene wae, yen kowe pancen pengen duweni aku, syarate sitik wae. Buatkan aku seribu candi dalam 1 malam. Yen kowe kasil, aku gelem tok pek bojo.
Bandung : Weh..weh..weh..Wah, kowe ki dagelan tenan kok!!Sewu candi wektu sewengni?10 candi wae, apa mending kowe njaluk syarat liyane n arsietwae. Sekarepmulah..Moso kon gawe 1000 candi.Arep tok nggo ngopo candi iku.
Jonggrang : Kula tetep pengen digawekke sewu candi. Itu kemauanku. Buktikanlah bila kau cinta aku Bandung..
Bandung : Wis, sakiki ngene wae. Pase,njalukmu piro?
Jonggrang : Aku nyuwun sewu candi!! (karo arep nglungani)
Bandung : Y owes..yo wes..Aja mutung to! Kanggo buktekake cintaku padamu, akan ku buatkan seribu candi khusus untuk cintaku ini.( katanya sambil memegang dada tanda berjanji)
Akhirnya, setelah dipikir-pikir, Bandung Bondowoso akan menyuruh para Jin yang telah ditakhukkannya untuk membantunya. Waktu malam yang sudah ditentukan, bandung Bondowoso dan arsitek andalannya membuat kerangka bentuk candi,kemudian Jin-jin pun mulai membangun candi dengan berbagai ukiran sesuai saran arsitek tadi. Sedangkan di tempat lain Jonggrang sedang kebingungan.
Jonggrang : Kepiye iki, apa Bandung bisa gawe candi okehe semono.
Dayang : La kepripun to Putri. Bandung menika lak nggeh tiyang sekti to Putri, miterat pamikir kula, kok panyuwun panjenengan, bisa di tepati. La wong samenika taksih jam kalih, anggenipun bangun candi sampun badhe kelar to Putri.
Jonggrang : La terus apa yang harus aku lakukan. Aku tidak mau menikah dengannya. Sudah mukanya tidak ada bagusnya. Ih..pokoknya aku jijik sama dia.
Dayang : Lajeng kepripun?
Jonggrang mondar-mandir di dalam kamarnya.
Jonggrang : Wis, saiki ngene wae. Dayang, tolong bangunkan semua rakyat Prambanan, suruh para perempuan menumbuk padi, dan baker juga jerami yang ada di dekat kandang ayam. Kita buat suasana malam ini seakan pagi sudah tiba. Dengan begitu jin-jin yang sedang bekerja akan mengira kalu pagi sudah tiba, mereka pasti akan langsung melarikan diri, dan jangan lupa taburkan bunga-bungaan.
Dayang : Ide yang bagus,Putri. Dengan begitu, Bandung pasti tidak akan menyelesaikan pekerjaan itu.
Jonggrang : Iya. Dayang, segeralah bertindak agar kita tidak terlamabat mencegahnya.
Dayang : Baik Putri. Permisi.
Kemudian Dayang menyuruh dayang lainnya untuk membangunkan semua perempuan. Suasana menjadi ramai saat itu. Ayam-ayam berkokok, dan bakaran jerami seolah pengganti bersinarnya matahari di ufuk timur.
Jin : Wah, teman-teman!Lihat!Matahari sudah bersinar disana!Kita harus segera pergi ini. Kalau tidak, nanti badan kita bisa hangus!Weleh..weleh..
Tapi, bagaimana dengan pekerjaan ini. Candi yang didirikan kurang satu buah.Waduh..dimana Bandung..apa dia malah enak-enak tidur…Aku harus lapor apa nanti. Ah, mendingan aku pergi saja, masa bodo dengan kerjaanku ini. Ayo teman-teman kita kabur saja!
Jin-jin pun berlarian dan meninggalkan pekerjaannya.
Tak lama kemudian Bandung Bondowoso datang dengan terkaget-kaget. Malam begitu ramai, matahari sudah terbit, ayam berkokok, para perempuan sudah mulai menumbuk padi dan jin-jin pun menghilang semua. Melihat keadaan itu Bandung sangat murka. Pagi harinya, Bandung mendatangi Jonggrang.
Bandung : Jonggrang, permintaanmu sudah ku penuhi, sekarang menikahlah denganku
Jonggrang : Oh ya?Yang benar? Apa kau sudah berhasil membuatkanku seribu candi?
Bandung : Tentu saja cintaku,
Jonggrang : Aku tidak percaya.
Bandung : Kau tidak percaya? Lihatlah sendiri, hitunglah candi-candi itu.
Jonggrang : Baik. Tapi ingat janjimu, kalau candi itu kurang dari seribu, berarti kau batal mendapatkan aku, Bandung.
Jonggrang menghitung candi-candi itu. Setelah beberapa kali menghitung, Jonggrang berkata.
Jonggrang : Maaf Bandung, setelah aku hitung, candi yang kau buatkan kurang satu buah.
Bandung : Hah? Yang benar. Kau pasti salah menghitungnya.
Jonggrang : Aku sudah beberapa kali menghitung, tapi hasilnya sama. Jumlah candi ini baru 999 buah.
Bandung : Ya sudahlah, kan Cuma kurang 1 buah saja, sudah ada 999 buah. Nanti akan ku buatkan lagi. Tapi setelah kau mau menikah denganku.
Jonggrang : Tidak, Bandung. Perjanjiannya bukan seperti itu kan! Kau sudah gagal memenuhi janjimu. Jadi pergilah kau dariku. Jangan mendekati aku lagi. Atau aku yang akan pergi.
Bandung : Ha? Setelah aku membuatkan 999 candi, apakah hanya seperrti ini balasanmu Jonggrang.
Jonggrang : Iya. Lalu kamu mau apa lagi !!(membentak)Akuilah kalau kau memang sudah kalah orang jelek!
Bandung : Jonggrang!! Beraninya kau mengejek aku!
Jonggrang : Memang begitu kenyataannya kan!
Bandung : Jonggrang!!
Kau sudah membuatku marah!Dari tadi aku sudah mencoba untuk bersabar untuk mendapatkanmu, tapi sia-sia saja pengorbananku ini. Tak apa aku tak mendapatkanmu! Candi ini memang kurang satu, dan sebenarnya yang pantas melengkapinya ya hanya kamu! Jadilah kau candi Jonggrang sebagai hiasan keraajaanku!
Jonggrang : Aaaaahhh !!!!!!!!!!
Tiba-tiba Jonggrang berubah menjadi Patung.

TAMAT